Senin, 14 Oktober 2013

Bilingual B part II


Test..test..1...2...3...test..test...1...2...3. Oke sip udah bagus. Ada yang kangen sama gue? Engga ada ya..oke ini jones banget. Sebelumnya buat para penggemar gue yang sebenarnya gue juga engga tau apakah gue punya penggemar atau engga, gue minta maaf sebesar-besarnya karena udah lama enggak ngeposting entri-entri terbaru. Maklum kesibukan gue sejak memasuki kelas 2 SMA ini semakin bertambah dan ngebuat otak gue yang berukuran kecil ini mengalami ledakan-ledakan kecil setiap harinya. Sebelumnya gue pernah ngeposting tentang kelas gue dengan penghuninya yang unyuk-unyuk kayak kura-kura baru keluar dari rahim emaknya. Betewe, sejak kapan kura-kura bisa melahirkan? Oke lupakan. Kali ini gue pengen ngeposting tentang kehidupan kelas gue yaitu Bilingual B dikelas 2 SMA ini dengan penghuni yang sama. Dimana dikelas 2 ini, kelas gue yang udah diresmikan oleh Kepala Sekolah di sekolah gue bersama para anggota komisi sekolah internasional manusia unyuk sedunia dan seakhirat ini ditetapkan di jurusan IPA. Kelas gue yang notabene penghuninya itu kebetulan makhluk pemalas dengan motto, “Kreatif saat kepepet” ini mengalami berbagai macam masalah sejak kelas 2 ini. Khususnya di bidang IPA-nya. Sebelumnya mari gue kenalin dulu wali kelas gue yang baru yaitu, Miss Ernawati. Dimana ia adalah guru bahasa inggris disekolah gue. Wali kelas gue kali ini memiliki perbedaan 50 derajat dari wali kelas gue waktu kelas 10 dulu. Wali kelas gue kali ini orangnya gaul dan mau ngikutin apa permintaan dari anak-anaknya, termasuk permintaan bikin kebun binatang di kelas gue. Dan gue yakin kalo permintaan ini terjadi karena hasil dari warisan wali kelas gue dulu yang merupakan seorang guru biologi. Jadi teman-teman gue yang unyuk-unyuk nan polos ini, entah kenapa tiba-tiba pengen melihara hewan. Akhirnya diadakanlah sebuah rapat meja segi empat dikelas gue tentang hewan apa yang bakal dipelihara. Awalnya sih pengen melihara ikan dan semua sudah setuju. Tapi tiba-tiba yang dibeli bukanlah seekor ikan tapi justru sepasang kura-kura kecil yang belum boleh untuk berhubungan intim. Ditambah lagi si Niko ngajak peliharaannya, anak kura-kura yang masih unyuk kebangetan, saking unyuknya itu minta dicipok. Bertambahlah penghuni baru dikelas gue. Sebenarnya gue takut dengan kura-kura dikelas gue. Gue takut jika mereka ternyata adalah kura-kura ninja yang merupakan rival bebuyutan gue. Bagaimana jika tiba-tiba di menunjukkan wujud aslinya dan langsung menyerang gue? Gue kan engga mau tau temen sekelas gue tau kalo gue adalah Shinobi coretunyukcoret dari Yaman. Semoga saja itu tidak terjadi. Betewe. Hampir setiap hari, teman-teman dikelas gue sibuk mandiin rumah kura-kura dan kura-kuranya. Karena entah kenapa setiap hari itu rumah selalu mengeluarkan hawa busuk yang dahsyat. Gue engga ngerti kenapa bisa begitu. Sebusuk itu kotoran kura-kura? Kok bisa kalah busuknya dari kotoroan manusia? Walau kayak gitu, kura-kura dikelas gue banyak bawa keberuntungan. Terutama saat ujian, karena beberapa pengawas perhatiannya suka teralihkan oleh kura-kura yang selalu berisik. Oh iya selain kura-kura sih, masih ada peliharaan lain yang tak diinginkan. Burung. Dari akhir semester 2 waktu kelas 10, si Burung yang tak diketahui jenisnya ini, sudah mulai merancang sarang sebagai rumahnya di jendela kelas gue. Dan sekarang, sarang itu sudah dipenuhi oleh para penghuninya yang berjenis sama, burung. Dikelas gue juga entah kenapa banyak cicak. Selain itu juga dulu sering jadi tempat singgahnya para kafilah kucing. Apa mungkin kelas gue punya aura kebun binatang? Akhir-akhir ini juga tiba-tiba teman-teman gue pengen nambahin berbagai macam tanaman dikelas gue. Sesaat ide gue langsung muncul untuk memanfaatkan kelas gue sebagai tempat bisnis dan menjadikannya Taman dan Kebun Binatang untuk para anak-anak guru yang ngajar disekolah gue. Paling tidak cukup untuk ngisi pulsa handphone gue dengan Willy.
Selain teman-teman gue yang tiba-tiba pengen melihara hewan, di kelas 2 SMA ini, kelas gue untuk pertama kalinya mendapatkan sesosok guru killer yang pikirannya tidak bisa dideteksi oleh makhluk-makhluk biasa. Sebut saja inisialnya dengana nama Doraeman. Seorang guru yang mengajar pelajaran rivalnya Matematika yaitu Fisika. Waktu SD dan SMP, pelajaran yang paling ditakuti itu adalah Matematika. Namun sejak SMA, kedudukan Matematika sebagai center dari pelajaran yang paling ditakut berhasil dikalahkan oleh pelajaran Fisika. Dan pelajaran ini tambah menakuti, menegangkan bahkan konon bisa menyebabkan kejang-kejang dan serang jantung, jika pelajaran tersebut diajar oleh seorang guru killer Fisika. Hal ini yang terjadi dengan kelas gue. Dimana ketika Pak Doraemon ini mengajar, penghuni kelas gue mendadak diam semua dan hening termasuk dengan kura-kuranya. Pak Dora, panggilan lebih unyuk untuk dia, kalo ngajar itu secepat kilat. Bahkan cepatnya kilat kalah dengan cepatnya waktu dia ngajar. Jadi mata, otak, hidung, telinga dan upil kita juga harus benar-benar fokus waktu dia lagi ngajar. Biasanya seusai dia ngajar, pasti dikasih pr yang berjibun. Dan juga ada beberapa hal yang membuat kita harus berhati-hati sama Pak Dora ini. Jangan sampai dia menujuk kita untuk maju ngerjain soal. Kalo kita salah, kita bisa dihukum. Dimana hukumannya itu sangat luar biasa kejam. Jadi lebih baik tawarkan diri kalian untuk maju ngerjain soal dan ngejelasin apa yang kitakerjakan didepan kelas. Kita belum dapet nilai dan belum boleh duduk, sampe ada 3 orang yang nanya. Dan itu benar-benar bisa membuat kalian mengalami keram sekujur tubuh saat didepan kelas. Satu hal lagi, kita harus displin dalam segala hal. Jangan sampe kalian lupa pake dalaman jilab, tali pinggang, dan sebagainya ketika Pak Dora lagi mengajar. Atau tidak kalian bakal habis dilahapnya dengan hukuman terkejam yang ia miliki. Sistem mengajar Pak Dora yang berbeda dari guru lain ini, dimana ia menggunakan sistem seorang dosen. Jadi kalian bakal merasa seperti seorang mahasiswa ketika Pak Dora mengajar kalian. Dimana selain belajar, ngerjain latihan, ulangan dan sebagainya. Kita juga selalu ada praktek fisika secara yang kemudian dari praktek tersebut ada saja rumus yang harus diisi ditabel dan kita juga dituntut untuk membuat hasil laporan secara sendiri. Hasil laporan yang dibuat itu dikumpulin dan dijilid satu kelompok. Dan itu benar-benar kayak lagi nyusun skripsi. Terakhir gue praktek, hasil laporan praktek gue dan kelompok gue udah bisa ngalahin tebalnya buku La Tahzan. Terus juga, baru pertama kalinya gue ulangan lisan di pelajaran ngitung-ngitungan sama Pak Dora. Pake full bahasa inggris pula. Dan hal itu terpaksa membuat gue dan teman-teman gue harus ngapalin isi satu bab yang dipelajari pake bahasa inggris. Persis ngapal pidato bahasa inggris pake bahasa sastra. Selain itu juga, setiap akhir semester kita super duper wajibnya membuat alat temuan yang baru. Yang kemudia alat tersebut akan dipresentasikan. Dan alatnya juga dilarang keras sama dengan kakak kelas dan teman. Betewe. Pak Dora ini juga pake sistem poin untuk nilai. Jadi kita harus ngumpulin poin yang banyak biar nilainya bagus. Ngomongin soal poin, gue jadi inget suatu kejadian dimana teman gue mendapatkan 700 poin dari Pak Dora karena dia berhasil ngejawab pertanyaan Pak Dora. Pertanyaan Pak Dora itu cuma nanya kenapa arah jarum jam berlawanan dengan arah tawaf. Dan teman gue... Teman gue. Orang yang pernah ikut olimpiade fisika. Anak yang super duper luar binasa pinternya. Berhasil menjawab pertanyaan itu. Dan itu rasanya seperti terjun dari dinding rose lalu diinjek titan colossal dan ditelan hidup-hidup oleh titan banci. Ketika kalian mendapatkan 700 poin itu kalian bebas dari ulangan lisan, ulangan blok, ulangan harian, bikin laporan pratik fisika, boleh engga buat pr dan ngerjain latihan selama satu semester. Siapapun tolong bunuh gue sekarang juga. Walaupun begitu, dari hal tersebutlah, membuat gue dan beberapa teman gue akhirnya termotivasi untuk lebih giat lagi belajar biar bisa mengalahkan teman gue yang dapet 700 poin tersebut. Terima kasih Pak Dora. Kau kejam tapi memberi inspirasi.
Bersambung....
(note: entah kenapa setelah cerita tentang Pak Dora, tiba-tiba ide gue untuk nulis langsung hilang begitu saja. Jadi gue bakal bikin entri sambungan dari cerita tentang kelas gue di lain waktu)
Hetalia: Axis Powers - Norway