Bingung. Gak tau buat sinopsisnya gimana. Dari dulu gak pernah buat karena gak bisa buatnya sih hahaha lol!
Maaf ceritanya sedikit ngawur. Aneh. Sedih. Dan auk ah gelap!
Mending baca aja sendiri....
Maaf ceritanya sedikit ngawur. Aneh. Sedih. Dan auk ah gelap!
Mending baca aja sendiri....
*CHAPTER 1*
Nama aku Natsumi. Aku baru kelas 3 SMA. Aku lahir
dikeluarga yaa… bisa dibilang anehlah. Setiap hari aku sama sodara-sodaraku
ribut mulu cuma gara-gara ngebanggain idola masing-masing. Aku punya
kakak yang bernama Yusuke. Dia anak pertama. Kakak aku seorang pengusaha yang
kaya raya. Dia terkenal di Tokyo .
Dulu kakak gak pernah segalau kayak sekarang. Dia benar-benar galau, bahkan
udah galau tingkat kota .
Ini bermula sejak Ibu dan Ayah kami meninggal karena kecelakaan pesawat. Mereka
meninggal waktu aku baru kelas 1 SMP. Ayah
dan Ibu orangnya baik. Mereka sayang dengan anak-anaknya. Dulu biasanya setiap
hari ada memperhatikan aku sama sodara-sodara aku. Sekarang abang Yusuke yang musti ngurus aku dan sodara aku yang
lain. Kak Yusuke mulai ngurusi perusahaan punya Ayah sejak dia tamat kuliah
sebelum Ayah dan Ibu kecelakaan. Kak Yusuke paling suka dengan Avenged
Sevenfold. Dia mulai suka Avenged Sevenfold sejak Ayah dan Ibu pergi. Menurutnya lagu-lagu Avenged Sevenfold
bisa menghilangkan rasa galaunya. Aku juga punya kakak yang lain, namanya Taiki. Kak Taiki anak kedua. Aku juga punya adik. Namanya Tsubaki. Dia anak bungsu. Kak Taiki sama Tsubaki hampir tiap hari berantem. Masalahnya? Cuma karena
band idola mereka. Kak Taiki suka sama Slikpnot. Kalau Tsubaki suka sama The
Gazzete. Aku suka sama Green Day. Intinya aku dan sodara-sodarku itu
suka dengan musik rock! Dan keluarga aku itu memang bener-bener aneh tingkat
dewa! Tapi aku sayang keluarga gue. Gak ada mereka aku gak bisa hidup dan makan. J
”Huftt! Selese juga ngetik post pertama diblog aku yang baru! Beneran
capek.” gerutu Natsumi setelah dia menyelesaikan kerjaannya untuk menulis
tentang dirinya diblog barunya. Karena blog lama di hack oleh kakaknya sendiri.
”Liat aja lu kak, kali ini lu kagak bisa ngapain lagi diblog aku. Ngotak-ngatiknya
juga hahahahaha.” ucap Natsumi sambil menutup laptop kesayangannya yang
merupakan kado dari Ibunya karena dia lulus masuk smp unggulan. Betapa
sayangnya dia terhadap laptop pemberian Ibunya itu. Laptop yang bermerek Apple yang sudah hampir 6 tahun
bersamanya itu merupakan hadiah
terindah yang pernah dia dapatkan dari Ibunya. Laptop yang berwarna hijau
dengan modif foto Green Day itu selalu
menemani hari-harinya. Menurutnya, dia gak bisa hidup tanpa laptop yang sering
dia panggil dengan nama Momon itu.
-----o-----
”Kak, gimana kak? Udah berhasil apa belon acara PDKT-nya dengan cewek yang
kemaren aku kenalin?” tanya Tsubaki sambil menatap majalah yang berisikan
tentang The Gazzete semua. Setiap bulan memang Tsubaki selalu membeli majalah
yang khusus tentang The Gazzete. Dia
gak peduli seberapa mahal harga majalah itu. Yang penting dia bisa membaca info
tentang The Gazzete. Dan memang Yusuke
juga tidak pernah pelit soal uang terhadap adik-adiknya. Yang ada dipikiran Yusuke,
asal adik-adiknya bahagia dia rela melakukan apapun. Bahkan nyawanya sekalipun,
asalkan adik-adiknya bisa bahagia.
”Maafin kakak. Kakak kurang serek dengan cewek yang kemaren. Hm dia terlalu yaa berlebihan gitu, bisa dibilang agresif gitu. Kakak gak suka.” ucap Yusuke sambil menatap Tsubaki si adik bungsunya, dengan tatapan yang penuh dengan kasih sayang seorang kakak terhadap adikknya.
”Kok gitu sih kak?”
”Maafin kakak ya Tsubaki.. Tsubaki mau kan maafin kakak kan?”
”Maafin kakak. Kakak kurang serek dengan cewek yang kemaren. Hm dia terlalu yaa berlebihan gitu, bisa dibilang agresif gitu. Kakak gak suka.” ucap Yusuke sambil menatap Tsubaki si adik bungsunya, dengan tatapan yang penuh dengan kasih sayang seorang kakak terhadap adikknya.
”Kok gitu sih kak?”
”Maafin kakak ya Tsubaki.. Tsubaki mau kan maafin kakak kan?”
”Umm, yaudah deh terserah kakak. Yang penting kakak bahagia, aku juga ikut
bahagia kok.” dengan senyumannya yang manis, Tsubaki mampu membuat abangnya mengingat
kembali kenangan dirinya bersama kedua orang tuanya.
”Jangan sedih, kak. Aku bisa carikan calon istri yang sesuai dengan idaman kakak. Okee? Kalo si Tsubaki mah gak akan ketemu. Dia kan anak manja gitu.” ejek Taiki sambil ngelempar bantal ke adiknya, Tsubaki.
”Iih apaan sih lu kak. Songong lu ah! Aku gak manja. Lu yang manja. Aku belum ketemu doang. Belum beruntung. Dari pada lu kak, dari dulu gak pernah dapet-dapet. Huh, gak berguna...” bantah Tsubaki dengan kesal.
”Ohyeee? Macakcih? Oh my god? Tapi kakak nyarinya yang berkualitas. Paham?” dengan jahilnya, Taiki mencubiti pipi adik bungsunya itu.
”Aww! Sakit kak pipi Tsubaki. Anjir lu kak! Apanya yang berkualitas hah? Lu pikir beras apa yang berkualitas.”
”Kau ini! Bukannya kakak itu pengin mencari wanita yang sifatnya mirip dengan Ibu. Biar dia bisa ngejagain kita juga.”
”Dih.. Gaya lu ngomongnya setanah kak! Hahahahaha.”
”Terserah lu dek. Yang penting kakak bakalan nemuin CALON BINI buat kak Yusuke yang mirip dengan Ibu kita. Faham lu?”
”Auk ah gelap!” ucap Tsubaki sambil memfokuskan kembali bacaannya.
”Jangan sedih, kak. Aku bisa carikan calon istri yang sesuai dengan idaman kakak. Okee? Kalo si Tsubaki mah gak akan ketemu. Dia kan anak manja gitu.” ejek Taiki sambil ngelempar bantal ke adiknya, Tsubaki.
”Iih apaan sih lu kak. Songong lu ah! Aku gak manja. Lu yang manja. Aku belum ketemu doang. Belum beruntung. Dari pada lu kak, dari dulu gak pernah dapet-dapet. Huh, gak berguna...” bantah Tsubaki dengan kesal.
”Ohyeee? Macakcih? Oh my god? Tapi kakak nyarinya yang berkualitas. Paham?” dengan jahilnya, Taiki mencubiti pipi adik bungsunya itu.
”Aww! Sakit kak pipi Tsubaki. Anjir lu kak! Apanya yang berkualitas hah? Lu pikir beras apa yang berkualitas.”
”Kau ini! Bukannya kakak itu pengin mencari wanita yang sifatnya mirip dengan Ibu. Biar dia bisa ngejagain kita juga.”
”Dih.. Gaya lu ngomongnya setanah kak! Hahahahaha.”
”Terserah lu dek. Yang penting kakak bakalan nemuin CALON BINI buat kak Yusuke yang mirip dengan Ibu kita. Faham lu?”
”Auk ah gelap!” ucap Tsubaki sambil memfokuskan kembali bacaannya.
”Kampreett!” kesal Taiki.
”Gue gak kampret. Lu yang kampret kak.”
”Lu yang kampret”
”Apaan sih lu kak, dasar manja. Kak Taiki manja.”
”Lu yang manja.”
”Lu kak!” dengan tenaga yang kuat, Tsubaki ngelemparin bantal ke arah
kakaknya yang tadi dilemparin oleh kakaknya itu.
”Uhh. Sakit!” rintih Taiki.
”Manja.”
”Lu yang manja dek.”
”Lu bang! Lu lu lu.”
”WOI! DIEM! Aku mau nonton naruto!” jerit Natsumi dari ruang keluarga. Natsumi suka sebal dengan kakak keduanya itu dengan adiknya. Mereka sering ribut gaje. Apalagi kalau mereka itu udah ribut dipagi hari. Karena biasanya, pagi hari itu jadwal untuk Natsumi menonton Naruto, salah satu film kesayangannya. Dia gak suka jika dia sedang konsentarsi menonton film kesayangannya, ada yang menganggu. Pasti dia akan marah besar.
”Apaan sih dek baka?” ucap Taiki dengan menekankan kata ’BAKA’. Taiki memang suka manggil adik keduanya itu dengan nama baka.
”WOI! DIEM! Aku mau nonton naruto!” jerit Natsumi dari ruang keluarga. Natsumi suka sebal dengan kakak keduanya itu dengan adiknya. Mereka sering ribut gaje. Apalagi kalau mereka itu udah ribut dipagi hari. Karena biasanya, pagi hari itu jadwal untuk Natsumi menonton Naruto, salah satu film kesayangannya. Dia gak suka jika dia sedang konsentarsi menonton film kesayangannya, ada yang menganggu. Pasti dia akan marah besar.
”Apaan sih dek baka?” ucap Taiki dengan menekankan kata ’BAKA’. Taiki memang suka manggil adik keduanya itu dengan nama baka.
”Njirrr lu kak! Aku lagi nonton nih! Ngajak berantem apa hah?” dengan
kesalnya Natsumi menjawab perkataan kakaknya.
”Ebuset! Kalian ini berantem mulu! Udah cukup berantemnya. Taiki,
seharusnya sebagai kakak, kamu gak boleh seperti itu. Ngejahilin adikmu
sendiri. Tsubaki dan Natsumi juga gak boleh kurang ajar dengan kakaknya. Bicaranya harus sopan! Ngerti?!” dengan
tegas dan bijaksananya Yusuke menasihati ketiga adiknya. Dia merasa ketiga adiknya
sudah berubah karena mereka kurang kasih sayang sejak Ibu dan Ayahnya meninggal.
Dia akui bahwa dia juga terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai Direktur di
perusahaan milik Ayahnya. Waktu dia bersama adik-adikknya sangat sedikit.
Mungkin hanya hari minggu atau sabtu. Karena di waktu itu biasanya dia libur.
Kalau dulu, masih ada Ibu dan Ayah. Yang bisa merawat ketiga adikknya setiap
hari. Sehingga dia tidak terlalu khawatir dengan kondisi adik-adiknya dan dia
bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
”Iya yah. Maafin kami deh kak” ucap Taiki dan Tsubaki serempak.
“Natsumi, apa kamu mendengar apa yang abang katakan tadi?” teriak Yusuke
dari ruang tamu.
”Iya, kak. Nabila dengar. Nabila minta maaf!” sahut Natsumi yang matanya
tidak bisa bergerak dari layar tv.
-----o-----
Taiki’s Edition.
”Deen.. Deenn.. Bangunn! Udah pagi
nanti terlambat.” ucap Bik Inem, pembantu yang sudah lama bekerja dirumahku.
”Aaah.. Males Taiki ke kampus. Taiki males ketemu sama seseorang yang ada
dikampus, Bik!” jelasku dengan singkat sambil menarik selimut yang berwarna
coklat itu sampai menutupi kepalaku. Entah kenapa, aku benar-benar males tingkat dunia untuk ke kampus hari ini.
Alasannya karena aku lagi males
bertemu dengan... Ya dia. Seorang
wanita yang sudah membuat hatiku hancur berkeping-keping semalam. Yang sudah
membuat aku menjadi galau tingkat tinggi. Yang sudah mengkhianati perasaanku. Dia,
Nakamura. Yang telah menjadi mantan pacarku semalam. Sakit rasanya jika mengingat
kembali apa yang terjadi semalam.
#Back To Behind!
Entah kenapa aku merasa
belakangan ini Nakamura sedikit berubah. Seperti ada sesuatu yang
terjadi padanya. Biasanya dulu dia selalu perhatian padaku. Pagi-pagi sekali
dia sudah membangunkanku dengan menelponku. Aku merasa dia seperti Ibuku saja.
Aku sudah menjalani hubungan berpacaran dengannya selama 7 bulan lebih. Aku
sangat mencintainya. Bahkan kak Yusuke sudah menyetujui hubungan kami. Kak Yusuke
juga menyuruhku agar segera menikahinya.
Hanya saja aku menolaknya karena aku dan Nakamura
mau fokus dengan kuliah kami dulu. Lagipula aku gak enakan sama kak Yusuke kalau nikah duluan.
Malam ini aku mengajak Nakamura
untuk jalan-jalan ke Taman Bunga di dekat daerah perumahan tempat aku tinggal. Karena
aku tau, biasanya kalau malam hari di Taman Bunga itu akan terlihat lebih indah
dan romantis. Lagi pula, malam ini aku mau memberikan sebuah hadiah untuknya.
Kalung berbentuk hati. Kalungnya sangat cantik dan cocok untuk Nakamura.
Hampir 1 jam lebih aku
menunggu Nakamura. Tapi dia belum datang juga. Padahal dia bilang dia yang akan
datang kerumahku. Karena menunggu terlalu lama.
Akhirnya aku memutuskan untuk menjemputnya. Aku pikir Nakamura sengaja
mau membuatku menunggu. Mungkin dia mau membuatku kesal dulu. Baru
dia datang. Dia memang suka mengusiliku. Tapi semua itu salah. Aku salah
mempredikisikannya. Nakamura tidak berniat mengusiliku malam ini. Tapi ada
sesuatu. Sesuatu yang membuatku ingin marah dan menangis saat itu. Dimana aku
tidak sengaja melihat Nakamura sedang berciuman dengan lelaki lain. Mereka
bermesraan didalam mobil.
Sakit rasanya dada ini.
Selama aku berpacaran dengan Nakamura. Aku tidak pernah melakukan hal itu. Aku
tau. Nakamura itu hanya pacarku. Dia belum sah menjadi istriku. Dan aku tidak
berani melakukannya. Aku takut dosa. Lagipula Nakamura itu seorang wanita. Dengan
perasaan yang kesal. Aku menghampiri Nakamura dan seorang lelaki yang ada didalam mobil. Langsung saja aku
memukuli lelaki itu habis-habisan. Aku tidak bisa menahan emosiku. Aku marah.
Aku sakit. Aku terus memukulinya hingga lelaki itu kabur dengan mobilnya.
Dan sekarang hanya ada aku
dan Nakamura. Aku menatap mata Nakamura dengan rasa sakit. Aku ingin menangis
tapi aku malu. Aku lelaki. Nakamura yang dihadapanku terus menangis.
”Maafkan aku, Taiki! Maafkan
aku. Aku mohon!” ucap Nakamura sambil memohon denganku agar aku memaafkannya. Dia
terus mengeluarkan air matanya. Aku bingung. Aku benar-benar belum bisa
menerimanya. Nakamura telah menyakiti hatiku.
”Tidak semudah itu, Naka!
Apa yang kamu lakukan dengan lekaki bajingan itu buat hati aku hancur! Sakit Naka.
Disini sakitt sekaliii...!” jelasku sambil menepuk dadaku yang benar-benar
sakit sekali saat melihat kejadian tersebut.
”A-Aku nyesel! Nyesel! A-A-Aku
khilaf. Aku-A-A-Aku akan menjelaskan semuanya!” Nakamura
terus meneteskan air matanya tanpa henti. Aku yang melihatnya bingung hingga
akhirnya aku memutuskan masalah ini...
”Aku gak butuh penjelasan
dari kamu lagi, Naka! Kita putus!”
Berat rasanya mengucapkan
kata-kata itu. Tapi apa boleh buat. Hanya ini jalan terbaik. Aku gak bisa nahan sakit ini.
”Ta-ta-ta-pi, Taiki...”
”Gak ada tapi-tapi, Naka!
Maafkan aku! Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih juga, kamu mau menjadi
Ibu kedua aku! Terima kasih kamu sudah perhatian denganku. Terima kasih, Nakamura!”
belum selesai Nakamura bicara. Aku telah memotongnya. Aku langsung pergi. Pergi
dengan rasa sakit. Sejenak aku melihat Nakamura dari kaca mobilku.Dia masih
menangis. Dan beberapa menit kemudian, hujan pun membasahi bumi ini. Serasa
bumi juga ikut sedih akan kejadian malam
ini.
”Tapi den, nanti tuan marah kalau den Taiki gak ke kampus. Nanti bibik yang disalahin. Ntar tuan
bilang bibik gak bangunin den Taiki.” ucap Bik Inem yang telah membubarkan
lamunanku tentang kejadian semalam. Aku masih merasakan sakit dan sesak di dada
ini. Aku tak percaya. Nakamura,
seorang wanita yang baik itu bisa melakukan perbuatan yang tidak baik. Ada rasa
kesal dengan lelaki yang berani mencium Nakamura semalam. Mereka bermesraan
didalam mobil. Tapi mereka
sama-sama brengsek!
”Udah gak usah takut. Nanti Taiki bilang ke kak Yusuke, Bik! Gak usah
khawatir. Mending bibik bersihin rumah aja gih! Taiki lagi mau sendiri bik. ”
pintaku.
”Yasudah den. Jangan salahkan bibik aja kalo den Taiki dimarahin tuan.”
”Yasudah den. Jangan salahkan bibik aja kalo den Taiki dimarahin tuan.”
”Iya bik. Tenang aja deh!”
”Bibik tinggal dulu ya den.”
Saat Bik Inem keluar dari kamar. Aku langsung beranjak dari tempat tidurku.
Aku langsung menuju kamar mandi yang ada dikamarku untuk membersihkan diriku.
Seusai mandi, aku langsung memakai pakaian kemejaku yang berwarna hitam putih. Dengan
segera, aku menuju ke bagasiku dan mengambil mobil pemberian Ayahku. Aku pergi
tanpa arah tujuan. Aku pergi untuk menghilangkan rasa sakit ini. Aku pergi
untuk menghibur diriku.
Ditengah perjalanan, aku memutar radio mobil. Aku mendengarkan salah satu lagunya Simple Plan yang berjudul No Love.
Aku merasa lagu ini cocok buat keadaanku sekarang. Serasa Simple Plan itu menciptakan lagunya itu untukku. Khusus untukku.
Aku merasa lagu ini cocok buat keadaanku sekarang. Serasa Simple Plan itu menciptakan lagunya itu untukku. Khusus untukku.
There's only hate
There's only tears
There's only pain
There is no love here
Oh so what will you do?
There's only tears
There's only pain
There is no love here
Oh so what will you do?
Sakit sekali rasanya. Terasa ditusuk-tusuk pake pedang.
Kalau diboleh, aku ingin bunuh diri saja. Aku
sangat mencintai Nakamura. Tapi kenapa Nakamura setega ini denganku.
There's only lies
There's only fears
There's only pain
There is no love here
Tell me what will you do?
There's only fears
There's only pain
There is no love here
Tell me what will you do?
Aku bingung. Kenapa? Kenapa
Nakamura setega itu membohongiku. Menyakitku. Kenapa? Sakit sekali Nakamura.
Sakit… Aku belum bisa menerima semuanya. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan
sekarang. Nakamura, aku sakit karenamu. Karena cintamu, Nakamura...
Aku
terus memikirkan Nakamura. Nakamura. Nakamura.
Dan Nakamura. Hingga pikiran dan lamunanku bubar
seketika. Aku merasa ada sesuatu yang menabrak. Tapi aku tak peduli. Nakamura. Aku
terus memikirkannya hingga aku merasa gelap disekelilingku..
-----o-----
”APAAA?! Kakakmu si Taiki kecelakaan!” kaget Yusuke saat mendapat telepon dari adiknya,
Natsumi. Dia lemas seketika saat tau anak pertamanya itu masuk rumah sakit.
”Iya, kak. Kakak cepat kesini! Aku takut
terjadi sesuatu yang parah dengan kak Taiki.” terdengar jelas suara isakan
kedua adiknya yang menelpon kakaknya tersebut dari seberang sana.
”Iya,
iya. Kakak akan segera kesana. Tsubaki ada disana gak?” tanya Yusuke.
”Ada. Tadi aku yang menjemputnya, kak!.” jawab
Natsumi.
”Oke. Oke. Kakak akan segera kesana.Tunggu kakak ya?”
”Iya. Kak. Cepat kesini ya, kak! Aku khawatir liat kak Taiki.”
”Oke. Oke. Kakak akan segera kesana.Tunggu kakak ya?”
”Iya. Kak. Cepat kesini ya, kak! Aku khawatir liat kak Taiki.”
”Iya. Kakak akan cepat kesana. Kamu tetap disana. Tunggu kakak datang.”
”Baiklah, kak! Aku tunggu kedatangan kakak!”
”Iya.
Iya” ucap Yusuke sambil menutup pembicaraan adiknya ditelepon. Betapa
khawatirnya dia dengan adiknya. Taiki.
TO BE CONTINUED...
