Sabtu, 03 September 2011

The Rocks Family~ *chapter1*


Bingung. Gak tau buat sinopsisnya gimana. Dari dulu gak pernah buat karena gak bisa buatnya sih hahaha lol!
Maaf ceritanya sedikit ngawur. Aneh. Sedih. Dan auk ah gelap!
Mending baca aja sendiri....

*CHAPTER 1*

Nama aku Natsumi. Aku baru kelas 3 SMA. Aku lahir dikeluarga yaa… bisa dibilang anehlah. Setiap hari aku sama sodara-sodaraku ribut mulu cuma gara-gara ngebanggain idola masing-masing. Aku punya kakak yang bernama Yusuke. Dia anak pertama. Kakak aku seorang pengusaha yang kaya raya. Dia terkenal di Tokyo. Dulu kakak gak pernah segalau kayak sekarang. Dia benar-benar galau, bahkan udah galau tingkat kota. Ini bermula sejak Ibu dan Ayah kami meninggal karena kecelakaan pesawat. Mereka meninggal waktu aku baru kelas 1 SMP.  Ayah dan Ibu orangnya baik. Mereka sayang dengan anak-anaknya. Dulu biasanya setiap hari ada memperhatikan aku sama sodara-sodara aku. Sekarang abang Yusuke  yang musti ngurus aku dan sodara aku yang lain. Kak Yusuke mulai ngurusi perusahaan punya Ayah sejak dia tamat kuliah sebelum Ayah dan Ibu kecelakaan. Kak Yusuke paling suka dengan Avenged Sevenfold. Dia mulai suka Avenged Sevenfold sejak Ayah dan Ibu  pergi. Menurutnya lagu-lagu Avenged Sevenfold bisa menghilangkan rasa galaunya. Aku juga punya kakak yang lain, namanya Taiki. Kak Taiki anak kedua. Aku juga punya adik. Namanya Tsubaki. Dia anak bungsu. Kak Taiki sama Tsubaki hampir tiap hari berantem. Masalahnya? Cuma karena band idola mereka. Kak Taiki suka sama Slikpnot. Kalau Tsubaki suka sama The Gazzete. Aku suka sama Green Day. Intinya aku dan sodara-sodarku itu suka dengan musik rock! Dan keluarga aku itu memang bener-bener aneh tingkat dewa! Tapi aku sayang keluarga gue. Gak ada mereka aku gak bisa hidup dan makan. J


”Huftt! Selese juga ngetik post pertama diblog aku yang baru! Beneran capek.” gerutu Natsumi setelah dia menyelesaikan kerjaannya untuk menulis tentang dirinya diblog barunya. Karena blog lama di hack oleh kakaknya sendiri.
”Liat aja lu kak, kali ini lu kagak bisa ngapain lagi diblog aku. Ngotak-ngatiknya juga hahahahaha.” ucap Natsumi sambil menutup laptop kesayangannya yang merupakan kado dari Ibunya karena dia lulus masuk smp unggulan. Betapa sayangnya dia terhadap laptop pemberian Ibunya itu. Laptop yang bermerek Apple yang sudah hampir 6 tahun bersamanya itu merupakan hadiah terindah yang pernah dia dapatkan dari Ibunya. Laptop yang berwarna hijau dengan modif foto Green Day itu selalu menemani hari-harinya. Menurutnya, dia gak bisa hidup tanpa laptop yang sering dia panggil dengan nama Momon itu.

-----o-----


”Kak, gimana kak? Udah berhasil apa belon acara PDKT-nya dengan cewek yang kemaren aku kenalin?” tanya Tsubaki sambil menatap majalah yang berisikan tentang The Gazzete semua. Setiap bulan memang Tsubaki selalu membeli majalah yang khusus tentang The Gazzete. Dia gak peduli seberapa mahal harga majalah itu. Yang penting dia bisa membaca info tentang The Gazzete. Dan memang Yusuke juga tidak pernah pelit soal uang terhadap adik-adiknya. Yang ada dipikiran Yusuke, asal adik-adiknya bahagia dia rela melakukan apapun. Bahkan nyawanya sekalipun, asalkan adik-adiknya bisa bahagia.
            ”Maafin kakak. Kakak kurang serek dengan cewek yang kemaren. Hm dia terlalu yaa berlebihan gitu, bisa dibilang agresif gitu. Kakak gak suka.” ucap Yusuke sambil menatap Tsubaki si adik bungsunya, dengan tatapan yang penuh dengan kasih sayang seorang kakak terhadap adikknya.
            ”Kok gitu sih kak?”
            ”Maafin kakak ya Tsubaki.. Tsubaki mau kan maafin kakak kan?”
”Umm, yaudah deh terserah kakak. Yang penting kakak bahagia, aku juga ikut bahagia kok.” dengan senyumannya yang manis, Tsubaki mampu membuat abangnya mengingat kembali kenangan dirinya bersama kedua orang tuanya.
            ”Jangan sedih, kak. Aku bisa carikan calon istri yang sesuai dengan idaman kakak. Okee? Kalo si Tsubaki mah gak akan ketemu. Dia kan anak manja gitu.” ejek Taiki sambil ngelempar bantal ke adiknya, Tsubaki.
            ”Iih apaan sih lu kak. Songong lu ah! Aku gak manja. Lu yang manja. Aku belum ketemu doang. Belum beruntung. Dari pada lu kak, dari dulu gak pernah dapet-dapet. Huh, gak berguna...” bantah Tsubaki dengan kesal.
            ”Ohyeee? Macakcih? Oh my god? Tapi kakak nyarinya yang berkualitas. Paham?” dengan jahilnya, Taiki mencubiti pipi adik bungsunya itu.
            ”Aww! Sakit kak pipi Tsubaki. Anjir lu kak! Apanya yang berkualitas hah? Lu pikir beras apa yang berkualitas.”
            ”Kau ini! Bukannya kakak itu pengin mencari wanita yang sifatnya mirip dengan Ibu. Biar dia bisa ngejagain kita juga.”
            ”Dih.. Gaya lu ngomongnya setanah kak! Hahahahaha.”
            ”Terserah lu dek. Yang penting kakak bakalan nemuin CALON BINI buat kak Yusuke yang mirip dengan Ibu kita. Faham lu?”
          ”Auk ah gelap!” ucap Tsubaki sambil memfokuskan kembali bacaannya.
”Kampreett!” kesal Taiki.
”Gue gak kampret. Lu yang kampret kak.”
”Lu yang kampret”
”Apaan sih lu kak, dasar manja. Kak Taiki manja.”
”Lu yang manja.”
”Lu kak!” dengan tenaga yang kuat, Tsubaki ngelemparin bantal ke arah kakaknya yang tadi dilemparin oleh kakaknya itu.
”Uhh. Sakit!” rintih Taiki.
”Manja.”
”Lu yang manja dek.”
”Lu bang! Lu lu lu.”
            ”WOI! DIEM! Aku mau nonton naruto!” jerit Natsumi dari ruang keluarga. Natsumi suka sebal dengan kakak keduanya itu dengan adiknya. Mereka sering ribut gaje. Apalagi kalau mereka itu udah ribut dipagi hari. Karena biasanya, pagi hari itu jadwal untuk Natsumi menonton Naruto, salah satu film kesayangannya. Dia gak suka jika dia sedang konsentarsi menonton film kesayangannya, ada yang menganggu. Pasti dia akan marah besar.
            ”Apaan sih dek baka?” ucap Taiki dengan menekankan kata ’BAKA’. Taiki memang suka manggil adik keduanya itu dengan nama baka.
”Njirrr lu kak! Aku lagi nonton nih! Ngajak berantem apa hah?” dengan kesalnya Natsumi menjawab perkataan kakaknya.
”Ebuset! Kalian ini berantem mulu! Udah cukup berantemnya. Taiki, seharusnya sebagai kakak, kamu gak boleh seperti itu. Ngejahilin adikmu sendiri. Tsubaki dan Natsumi juga gak boleh kurang ajar dengan kakaknya. Bicaranya harus sopan! Ngerti?!” dengan tegas dan bijaksananya Yusuke menasihati ketiga adiknya. Dia merasa ketiga adiknya sudah berubah karena mereka kurang kasih sayang sejak Ibu dan Ayahnya meninggal. Dia akui bahwa dia juga terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai Direktur di perusahaan milik Ayahnya. Waktu dia bersama adik-adikknya sangat sedikit. Mungkin hanya hari minggu atau sabtu. Karena di waktu itu biasanya dia libur. Kalau dulu, masih ada Ibu dan Ayah. Yang bisa merawat ketiga adikknya setiap hari. Sehingga dia tidak terlalu khawatir dengan kondisi adik-adiknya dan dia bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
”Iya yah. Maafin kami deh kak” ucap Taiki dan Tsubaki serempak.
“Natsumi, apa kamu mendengar apa yang abang katakan tadi?” teriak Yusuke dari ruang tamu.
”Iya, kak. Nabila dengar. Nabila minta maaf!” sahut Natsumi yang matanya tidak bisa bergerak dari layar tv.


-----o-----

            Taiki’s Edition.

            ”Deen.. Deenn.. Bangunn! Udah pagi nanti terlambat.” ucap Bik Inem, pembantu yang sudah lama bekerja dirumahku.
”Aaah.. Males Taiki ke kampus. Taiki males ketemu sama seseorang yang ada dikampus, Bik!” jelasku dengan singkat sambil menarik selimut yang berwarna coklat itu sampai menutupi kepalaku. Entah kenapa, aku benar-benar males tingkat dunia untuk ke kampus hari ini. Alasannya karena aku lagi males bertemu dengan... Ya dia. Seorang wanita yang sudah membuat hatiku hancur berkeping-keping semalam. Yang sudah membuat aku menjadi galau tingkat tinggi. Yang sudah mengkhianati perasaanku. Dia, Nakamura. Yang telah menjadi mantan pacarku semalam. Sakit rasanya jika mengingat kembali apa yang terjadi semalam.

#Back To Behind!

Entah kenapa aku merasa belakangan ini Nakamura sedikit berubah. Seperti ada sesuatu yang terjadi padanya. Biasanya dulu dia selalu perhatian padaku. Pagi-pagi sekali dia sudah membangunkanku dengan menelponku. Aku merasa dia seperti Ibuku saja. Aku sudah menjalani hubungan berpacaran dengannya selama 7 bulan lebih. Aku sangat mencintainya. Bahkan kak Yusuke sudah menyetujui hubungan kami. Kak Yusuke  juga menyuruhku agar segera menikahinya. Hanya saja aku menolaknya karena aku dan Nakamura mau fokus dengan kuliah kami dulu. Lagipula aku gak enakan sama kak Yusuke kalau nikah duluan.
Malam ini aku mengajak Nakamura untuk jalan-jalan ke Taman Bunga di dekat daerah perumahan tempat aku tinggal. Karena aku tau, biasanya kalau malam hari di Taman Bunga itu akan terlihat lebih indah dan romantis. Lagi pula, malam ini aku mau memberikan sebuah hadiah untuknya. Kalung berbentuk hati. Kalungnya sangat cantik dan cocok untuk Nakamura.
Hampir 1 jam lebih aku menunggu Nakamura. Tapi dia belum datang juga. Padahal dia bilang dia yang akan datang kerumahku. Karena menunggu terlalu lama.  Akhirnya aku memutuskan untuk menjemputnya. Aku pikir Nakamura sengaja mau membuatku menunggu. Mungkin dia mau membuatku kesal dulu. Baru dia datang. Dia memang suka mengusiliku. Tapi semua itu salah. Aku salah mempredikisikannya. Nakamura tidak berniat mengusiliku malam ini. Tapi ada sesuatu. Sesuatu yang membuatku ingin marah dan menangis saat itu. Dimana aku tidak sengaja melihat Nakamura sedang berciuman dengan lelaki lain. Mereka bermesraan didalam mobil.
Sakit rasanya dada ini. Selama aku berpacaran dengan Nakamura. Aku tidak  pernah melakukan hal itu. Aku tau. Nakamura itu hanya pacarku. Dia belum sah menjadi istriku. Dan aku tidak berani melakukannya. Aku takut dosa. Lagipula Nakamura itu seorang wanita. Dengan perasaan yang kesal. Aku menghampiri Nakamura dan seorang lelaki  yang ada didalam mobil. Langsung saja aku memukuli lelaki itu habis-habisan. Aku tidak bisa menahan emosiku. Aku marah. Aku sakit. Aku terus memukulinya hingga lelaki itu kabur dengan mobilnya.
Dan sekarang hanya ada aku dan Nakamura. Aku menatap mata Nakamura dengan rasa sakit. Aku ingin menangis tapi aku malu. Aku lelaki. Nakamura yang dihadapanku terus menangis.
”Maafkan aku, Taiki! Maafkan aku. Aku mohon!” ucap Nakamura sambil memohon denganku agar aku memaafkannya. Dia terus mengeluarkan air matanya. Aku bingung. Aku benar-benar belum bisa menerimanya. Nakamura telah menyakiti hatiku.
”Tidak semudah itu, Naka! Apa yang kamu lakukan dengan lekaki bajingan itu buat hati aku hancur! Sakit Naka. Disini sakitt sekaliii...!” jelasku sambil menepuk dadaku yang benar-benar sakit sekali saat melihat kejadian tersebut.
”A-Aku nyesel! Nyesel! A-A-Aku khilaf. Aku-A-A-Aku akan menjelaskan semuanya!” Nakamura terus meneteskan air matanya tanpa henti. Aku yang melihatnya bingung hingga akhirnya aku memutuskan masalah ini...
”Aku gak butuh penjelasan dari kamu lagi, Naka! Kita putus!”
Berat rasanya mengucapkan kata-kata itu. Tapi apa boleh buat. Hanya ini jalan terbaik. Aku gak bisa nahan sakit ini.
”Ta-ta-ta-pi, Taiki...”
”Gak ada tapi-tapi, Naka! Maafkan aku! Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih juga, kamu mau menjadi Ibu kedua aku! Terima kasih kamu sudah perhatian denganku. Terima kasih, Nakamura!” belum selesai Nakamura bicara. Aku telah memotongnya. Aku langsung pergi. Pergi dengan rasa sakit. Sejenak aku melihat Nakamura dari kaca mobilku.Dia masih menangis. Dan beberapa menit kemudian, hujan pun membasahi bumi ini. Serasa bumi  juga ikut sedih akan kejadian malam ini.


”Tapi den, nanti tuan marah kalau den Taiki gak ke kampus. Nanti bibik yang disalahin. Ntar tuan bilang bibik gak bangunin den Taiki.” ucap Bik Inem yang telah membubarkan lamunanku tentang kejadian semalam. Aku masih merasakan sakit dan sesak di dada ini. Aku tak percaya. Nakamura, seorang wanita yang baik itu bisa melakukan perbuatan yang tidak baik. Ada rasa kesal dengan lelaki yang berani mencium Nakamura semalam. Mereka bermesraan didalam mobil. Tapi mereka sama-sama brengsek!
”Udah gak usah takut. Nanti Taiki bilang ke kak Yusuke, Bik! Gak usah khawatir. Mending bibik bersihin rumah aja gih! Taiki lagi mau sendiri bik. ” pintaku.
          ”Yasudah den. Jangan salahkan bibik aja kalo den Taiki dimarahin tuan.”
”Iya bik. Tenang aja deh!”
”Bibik tinggal dulu ya den.”
Saat Bik Inem keluar dari kamar. Aku langsung beranjak dari tempat tidurku. Aku langsung menuju kamar mandi yang ada dikamarku untuk membersihkan diriku. Seusai mandi, aku langsung memakai pakaian kemejaku yang berwarna hitam putih. Dengan segera, aku menuju ke bagasiku dan mengambil mobil pemberian Ayahku. Aku pergi tanpa arah tujuan. Aku pergi untuk menghilangkan rasa sakit ini. Aku pergi untuk menghibur diriku.
Ditengah perjalanan, aku memutar radio mobil. Aku mendengarkan salah satu lagunya Simple Plan yang berjudul No Love.
           
Aku merasa lagu ini cocok buat keadaanku sekarang. Serasa Simple Plan itu menciptakan lagunya itu untukku. Khusus untukku.

There's only hate
There's only tears
There's only pain
There is no love here
Oh so what will you do?

Sakit sekali rasanya. Terasa ditusuk-tusuk pake pedang. Kalau diboleh, aku ingin bunuh diri saja. Aku sangat mencintai Nakamura. Tapi kenapa Nakamura setega ini denganku.

There's only lies
There's only fears
There's only pain
There is no love here
Tell me what will you do?

            Aku bingung. Kenapa? Kenapa Nakamura setega itu membohongiku. Menyakitku. Kenapa? Sakit sekali Nakamura. Sakit… Aku belum bisa menerima semuanya. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan sekarang. Nakamura, aku sakit karenamu. Karena cintamu, Nakamura...
            Aku terus memikirkan Nakamura. Nakamura. Nakamura. Dan Nakamura. Hingga pikiran dan lamunanku bubar seketika. Aku merasa ada sesuatu yang menabrak. Tapi aku tak peduli. Nakamura. Aku terus memikirkannya hingga aku merasa gelap disekelilingku..

-----o-----

            ”APAAA?! Kakakmu si Taiki kecelakaan!” kaget Yusuke saat mendapat telepon dari adiknya, Natsumi. Dia lemas seketika saat tau anak pertamanya itu masuk rumah sakit.
            ”Iya, kak. Kakak cepat kesini! Aku takut terjadi sesuatu yang parah dengan kak Taiki.” terdengar jelas suara isakan kedua adiknya yang menelpon kakaknya tersebut dari seberang sana.
            ”Iya, iya. Kakak akan segera kesana. Tsubaki ada disana gak?” tanya Yusuke.
            ”Ada. Tadi aku yang menjemputnya, kak!.” jawab Natsumi.
            ”Oke. Oke. Kakak akan segera kesana.Tunggu kakak ya?”
            ”Iya. Kak. Cepat kesini ya, kak! Aku khawatir liat kak Taiki.”
            ”Iya. Kakak akan cepat kesana. Kamu tetap disana. Tunggu kakak datang.”
            ”Baiklah, kak! Aku tunggu kedatangan kakak!”
            ”Iya. Iya” ucap Yusuke sambil menutup pembicaraan adiknya ditelepon. Betapa khawatirnya dia dengan adiknya. Taiki.


TO BE CONTINUED...
Hetalia: Axis Powers - Norway